Sebaik-baik Rumah di Antara Kaum Muslimin

Sebaik-baik Rumah di Antara Kaum Muslimin

Sebaik-baik Rumah di Antara Kaum Muslimin adalah Rumah yang di Dalamnya Terdapat Anak Yatim yang Diperlakukan dengan Baik. Dalam kehidupan bermasyarakat, terdapat anjuran yang penuh makna dan mengandung nilai kemanusiaan yang luhur, yaitu memperhatikan nasib anak yatim. Anak yatim adalah mereka yang kehilangan ayahnya sebelum baligh, dan di balik kesedihan yang mereka rasakan, terdapat ujian besar bagi umat Islam dalam memperlakukan mereka. Rasulullah ﷺ menegaskan dalam sebuah hadits, “Sebaik-baik rumah di antara kaum Muslimin adalah rumah yang di dalamnya terdapat anak yatim yang diperlakukan dengan baik, dan seburuk-buruk rumah di antara kaum Muslimin adalah rumah yang di dalamnya terdapat anak yatim yang diperlakukan dengan buruk.” (HR. Ibnu Majah). Hadits ini bukan hanya sekadar pesan, melainkan sebuah pedoman yang menyentuh hati setiap orang beriman, karena ia mengingatkan bahwa kebaikan kepada anak yatim bukanlah pilihan, melainkan kewajiban moral dan spiritual.

Ketika kita merenungkan isi hadits tersebut, tersirat makna bahwa rumah yang dihiasi dengan kasih sayang kepada anak yatim akan dipenuhi cahaya rahmat dari Allah. Sebab, anak yatim yang mendapatkan perlakuan baik akan merasakan kembali hangatnya kasih sayang, meskipun ia telah kehilangan sosok ayah yang seharusnya menjadi pelindung. Kebaikan yang diberikan kepada anak yatim ibarat sinar matahari yang menembus kegelapan, mengembalikan harapan di tengah kesepian. Sebaliknya, ketika seorang anak yatim diperlakukan dengan kasar, ditelantarkan, atau bahkan disakiti, maka rumah itu seakan kehilangan keberkahan, sebab doa seorang yatim yang terzalimi memiliki kekuatan besar untuk dikabulkan oleh Allah.

Dalam sejarah Islam, Rasulullah ﷺ sendiri adalah seorang yatim. Beliau lahir tanpa merasakan belaian seorang ayah, dan bahkan sebelum mencapai usia dewasa, ibunya pun telah wafat. Namun justru dari pengalaman itulah, Rasulullah ﷺ tumbuh menjadi pribadi yang penuh empati, memahami kesedihan anak yatim, dan mengajarkan umatnya untuk tidak mengabaikan mereka. Pengalaman pribadi beliau adalah bukti nyata bahwa kasih sayang terhadap anak yatim mampu menumbuhkan kekuatan jiwa, sekaligus menjadi ladang pahala bagi mereka yang peduli.

Al-Qur’an pun berulang kali menyinggung pentingnya menjaga dan memuliakan anak yatim. Dalam Surah Al-Ma’un, Allah mencela mereka yang mendustakan agama dengan ciri-ciri suka menghardik anak yatim dan enggan memberi makan orang miskin. Hal ini menunjukkan bahwa sikap terhadap anak yatim menjadi indikator penting bagi keimanan seseorang. Seorang Muslim sejati tidak hanya mengucapkan syahadat, tetapi juga memperlihatkan keimanannya melalui tindakan nyata, salah satunya dengan memperhatikan anak-anak yatim yang membutuhkan kasih sayang.

Lebih dari sekadar memberi nafkah materi, memperlakukan anak yatim dengan baik berarti juga memberikan perhatian emosional, mendidik mereka dengan penuh kesabaran, dan menuntun mereka menuju kehidupan yang lebih baik. Sebuah rumah yang dipenuhi tawa anak yatim yang merasa diterima dan dicintai, sejatinya adalah rumah yang dirahmati Allah. Kebaikan sekecil apa pun, seperti senyum tulus atau kata-kata lembut kepada anak yatim, dapat menjadi amal besar yang mendatangkan keridhaan Allah. Rasulullah ﷺ bersabda, “Aku dan orang yang menanggung anak yatim (kedudukannya) di surga seperti ini.” sambil beliau mengisyaratkan dengan jari telunjuk dan jari tengahnya yang dirapatkan (HR. Bukhari). Betapa mulianya kedudukan orang yang memelihara anak yatim hingga Allah menjanjikan kebersamaan dengan Rasulullah di surga.

Namun sayangnya, dalam realitas kehidupan, masih banyak anak yatim yang terabaikan. Sebagian dari mereka hidup dalam kekurangan, tanpa pendidikan yang layak, bahkan tanpa kasih sayang yang seharusnya mereka dapatkan. Di sinilah setiap Muslim dituntut untuk hadir, menjadikan rumahnya sebagai tempat yang ramah bagi anak yatim. Tidak harus selalu dengan mengangkat mereka sebagai anak angkat, tetapi cukup dengan memberikan perhatian, membantu kebutuhan mereka, dan memastikan bahwa mereka tidak merasa sendiri di dunia ini.

Rumah yang di dalamnya terdapat anak yatim yang diperlakukan dengan baik sejatinya adalah rumah yang bercahaya, rumah yang dijaga oleh malaikat, dan rumah yang di dalamnya bersemayam doa-doa yang diijabah. Rumah itu bukan hanya tempat tinggal secara fisik, tetapi juga menjadi pusat kebaikan yang menyebarkan kasih sayang ke sekelilingnya. Dan rumah yang demikianlah yang akan dicatat sebagai sebaik-baik rumah di sisi Allah.

Akhirnya, hadits Nabi ﷺ mengajarkan bahwa keberkahan rumah tidak hanya ditentukan oleh kelapangan harta atau keindahan fisiknya, tetapi oleh akhlak penghuninya dalam memperlakukan mereka yang lemah. Ketika seorang Muslim menjadikan rumahnya tempat yang aman dan penuh kasih sayang bagi anak yatim, maka ia sejatinya sedang membangun rumah yang dicintai Allah. Sebab, sebaik-baik rumah di antara kaum Muslimin adalah rumah yang di dalamnya terdapat anak yatim yang diperlakukan dengan baik, dan dari sanalah terpancar cahaya rahmat yang menuntun menuju surga.

Profile Sekolah

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisci

Berita Terbaru