Mencari Rezeki dan Ridho dari Allah

Dalam perjalanan kehidupan yang penuh liku dan misteri ini, setiap manusia tak lepas dari kebutuhan untuk mencari penghidupan. Mencari rezeki menjadi sebuah usaha nyata yang tidak hanya berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan jasmani, tetapi juga memiliki hubungan erat dengan kedekatan rohani kepada Sang Pencipta. Rezeki, dalam pandangan Islam, bukan sekadar materi yang terlihat, melainkan juga meliputi ketenangan jiwa, kesehatan tubuh, keluasan waktu, hingga kehangatan dalam keluarga. Semua itu bersumber dari Allah, dan hanya dengan izin-Nya segala pintu kebaikan dapat terbuka.

Islam mendorong umatnya untuk berusaha, bekerja, dan menjemput rezeki dengan cara yang halal dan penuh tanggung jawab. Tidak ada kemuliaan dalam kemalasan, dan tidak ada keberkahan dalam penghasilan yang dicampuri kebatilan. Oleh karena itu, mencari rezeki sejatinya adalah bagian dari ibadah, selama niatnya lurus dan caranya tidak menyalahi aturan Allah. Dalam sebuah hadits, Rasulullah ﷺ bersabda, “Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang berkarya dan bekerja. Barangsiapa di antara kalian mencari nafkah untuk keluarganya, maka itu adalah sedekah baginya.” (HR. Ahmad). Hadits ini menguatkan bahwa bekerja bukanlah semata aktivitas duniawi, tetapi dapat bernilai ibadah jika diniatkan untuk meraih ridho Allah.

Namun dalam realitasnya, tidak semua pencari rezeki mengingat Allah dalam usahanya. Ada yang terjebak dalam keserakahan, menumpuk kekayaan tanpa memperhatikan halal dan haram, ada pula yang kehilangan kejujuran demi keuntungan sesaat. Di sinilah pentingnya menyadari bahwa rezeki yang diberkahi adalah rezeki yang datang dari jalan yang diridhai oleh Allah. Sebab, sebanyak apapun harta yang dikumpulkan, jika tidak mendapat ridho Allah, maka tak akan menghadirkan ketenangan dalam hati. Sebaliknya, rezeki yang sedikit namun penuh berkah akan memberi ketenteraman yang jauh melebihi nilai nominalnya.

Penting untuk dipahami bahwa Allah telah menetapkan jatah rezeki bagi setiap hamba-Nya. Ketentuan ini tertulis sejak sebelum manusia dilahirkan. Dalam hadits shahih disebutkan bahwa ketika ruh ditiupkan ke dalam janin, malaikat diperintahkan untuk menulis empat hal, salah satunya adalah rezekinya. Maka, tidak ada gunanya seseorang mencemaskan rezeki secara berlebihan hingga membuatnya melupakan ibadah. Kecemasan yang berlebihan hanya akan menjauhkan seseorang dari ketenangan, sementara rezeki tetap akan datang sesuai dengan yang telah Allah tetapkan.

Namun, ketetapan rezeki bukan berarti manusia boleh bermalas-malasan atau berputus asa. Sebaliknya, Islam mengajarkan keseimbangan antara tawakal dan ikhtiar. Tawakal bukan berarti duduk diam menunggu nasib, melainkan bersungguh-sungguh dalam usaha, sambil menyerahkan hasilnya kepada Allah dengan penuh keyakinan. Rasulullah ﷺ sendiri adalah contoh nyata seorang yang bekerja keras. Beliau berdagang sebelum diangkat menjadi Nabi, dan tetap menjalani kehidupan yang sederhana meski memiliki peluang besar untuk hidup dalam kemewahan. Kesungguhan beliau dalam bekerja menjadi teladan bagi umatnya dalam menjemput rezeki dengan cara yang benar.

Tidak hanya itu, penting pula untuk selalu mengiringi usaha dengan doa. Sebab doa adalah pengakuan akan kelemahan diri dan pengharapan kepada kekuatan Ilahi. Banyak kisah dalam Al-Qur’an dan hadits yang menunjukkan bahwa rezeki dapat datang dari arah yang tidak disangka-sangka, sebagaimana firman Allah dalam Surah At-Talaq ayat 3, “Barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya.” Ayat ini menjadi penguat hati setiap insan yang sedang berusaha, bahwa tidak ada usaha yang sia-sia selama disertai keimanan dan keikhlasan.

Dalam mencari rezeki, hendaknya pula seorang Muslim menjaga akhlaknya. Kejujuran, tanggung jawab, kesabaran, dan amanah adalah kunci-kunci penting yang akan membuka pintu keberkahan. Allah mencintai hamba-hamba-Nya yang tidak hanya bekerja keras, tetapi juga menjaga sikapnya di tengah persaingan dunia. Maka jangan sampai demi harta, seseorang mengorbankan harga diri, keluarga, atau bahkan agamanya. Dunia hanyalah tempat singgah, sedangkan ridho Allah adalah tujuan akhir dari setiap usaha.

Akhirnya, mari kita jadikan proses mencari rezeki sebagai jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah, bukan menjauh dari-Nya. Mari kita luruskan niat, perbaiki cara, dan selalu berharap hanya kepada-Nya. Karena sejatinya, rezeki yang paling utama adalah ridho Allah, dan itu hanya akan diraih oleh mereka yang tidak sekadar mengejar dunia, tapi juga mengejar kebaikan akhirat. Semoga setiap langkah kita dalam menjemput rezeki menjadi sebab datangnya keberkahan, ketenteraman, dan ridho dari Allah SWT.

Profile Sekolah

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisci

Berita Terbaru